Di Pondok Pesantren Modern As-Salam Mojokerto
“Menjalin Tali Ukhuwah Lillah”
Rabu pagi (29/11), keluarga besar Pondok Pesantren Modern
As-Salam Mojokerto tampak sibuk mempersiapkan kegiatan. Tak hanya santri dan
guru yang hadir, tampak juga para alumni Gontor yang tergabung dalam IKPM
Mojokerto dan sekitarnya, santri Gontor yang sedang libur pertengahan tahun,
wali santri Gontor, dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Modern As-Salam.
Ya, pagi itu mereka akan menyambut kedatangan KH Hasan
Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Bukan tanpa
alasan, kedatangan beliau kali ini untuk meresmikan Masjid Nurus Salam sebagai
pusat kegiatan ubudiyah santri Pondok Pesantren Modern As-Salam Mojokerto.
Selain acara peresmian masjid, kegiatan ini sekaligus untuk
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 H. Setiap tahunnya Pondok Pesantren
Modern As-Salam memang mengadakan acara pengajian Maulid Nabi untuk masyarakat
sekitar. Kebetulan tahun ini diserentakkan dengan acara peresmian masjid. Semua
guyup seolah menjadi ajang silaturahim.
Tepat kiranya pada acara Peresmian Masjid Nurus Salam dan
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 H ini mengambil tema “Menjalin Tali
Ukhuwah Lillah” mengutip surah al-Hujurat (49) ayat 10, “Orang-orang beriman
itu sesungguhnya bersaudara. Karena itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah agar kamu mendapat
rahmat.”
Ustad Chabib Ahmad Ghozali, SE selaku Pimpinan Pondok
Pesantren Modern As-Salam dalam sambutannya menyampaikan sejarah singkat kenapa
masjid itu diberi nama “Nurus Salam”. “Dulu, sebelum Pesantren As-Salam ini berdiri,
ada surau bernama An-Nur di sini, nama itu kemudian digabungkan dengan nama
As-Salam sehingga menjadi Nurus Salam,” ujarnya.
Selain itu Ustad Chabib juga menyampaikan estafet
pembangunan pondok, yakni menambah sarana gedung kelas MA Grafika As-Salam.
“Saat ini anak-anak masih menempati kelas darurat. Karena itu, gedung kelas ini
menjadi kebutuhan urgen,” kata Ustad Chabib.
Program grafika ini mendapat perhatian khusus di
Pesantren As-Salam, yakni fokus di literasi dan desain grafis. Mata pelajaran
penulisan, penyuntingan, penerjemahan, dan desain grafis diajarkan secara
formal di dalam kelas. Tak hanya itu, santri juga belajar jurnalistik dan sudah
menelurkan Majalah As-Salam.
Kalau Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang saat ini
populer di sekolah, yakni membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, di
Pondok Pesantren Modern As-Salam justru santri sudah belajar menulis,
menyunting dan menerjemahkan naskah. Bahkan, setiap hari Jumat malam ada bedah
buku yang dikelola santri secara mandiri.
Sementara itu, KH Hasan Abdullah Sahal (Pengasuh Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo) dalam sambutannya mengatakan, Pesantren
As-Salam ini punya hubungan yang erat dengan Gontor. Pendirinya KH Abbas
Nawawi, KH Abdullah Nawawi, dan KH Syuaib Nawawi, bisa dibilang Trimurti
As-Salam, ketiganya merupakan alumni Gontor, murid Trimurti Pendiri Pondok
Modern Gontor.
Uniknya, ketiga-tiganya yang secara bergantian menjadi
penanggung jawab dapur KH Ahmad Sahal semasa beliau masih hidup. Uniknya lagi,
kalau di Gontor yang wafat duluan KH Zainuddin Fananie, yang tengah-tengah, pun
demikian di As-Salam, yakni KH Abdullah Nawawi.
Khusus berkaitan dengan peresmian masjid, Kiai Hasan
menyampaikan, pesantren adalah benteng terakhir rakyat dalam melawan penjajah. Kalau
dalam masa perang dulu pesantren sebagai benteng dan markas para gerilyawan, di
era pasca kemerdekaan ini pesantren berperan sebagai benteng akidah, akhlak dan
moral masyarakat. Inilah sumbangsih terbesar pondok pesantren terhadap bangsa. “Karena
itu, pesantren sejak dulu hingga kini tetap anti penjajah dan penjajahan,” ujar
Kiai Hasan.
Santri dididik sebagai munzhirul qaum, yakni
memberi peringatan kepada umat agar tidak kebablasan. Mereka inilah para
penjaga akidah, akhlak, dan moral umat di masa depan. “Karena itu, pesantren
perlu dibela, dibantu, dan diperjuangkan. Bondo bahu pikir lek perlu sak
nyawane pisan,” kata Kiai Hasan.
Sebagai acara puncak, yakni Hikmah Maulid Nabi, disampaikan
oleh KH Fathurrohaman (Pengasuh Pesantren Miftahus Syariah Mojokerto). Kiai
Fathur mempertajam apa yang disampaikan oleh Kiai Hasan bahwa bicara tentang
pesantren berarti bicara tentang masjid. Bicara tentang masjid berarti bicara
tentang kurikulum shalat.
Sebelum shalat, kita diwajibkan untuk berwudhu. Memang
dalam wudhu secara lahiriah yang disucikan itu mulut, hidung, wajah, tangan,
rambut, telinga dan kaki. “Secara batiniah itu berarti kita harus bersuci dari
ucapan, penciuman, penglihatan, pendengaran, pikiran dan tindakan,” ujar Kiai
Fathur.
Dalam ceramah yang disampaikan dalam bahasa Jawa khas
Pesantren Salaf itu, Kiai Fathur mengutip Surah al-Ankabut (29) ayat 45, “Dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.”
Perbuatan keji itu kaitannya dengan diri, sedangkan mungkar berkaitan
dengan orang lain.
Keji dan mungkar itu sudah mencakup semuanya. Kalau
shalat tidak memberi efek perubahan dalam diri seseorang, berarti shalatnya
perlu dipertanyakan. Artinya, selama ini kita baru menguasai ilmu shalat, tapi kehidupan
kita belum dikuasai oleh shalat. “Kehidupan kita ini harus dikuasai oleh agama,
bukan menguasai agama,” ujar Kiai Fathur.
Ringkasnya, ritual shalat memang wajibnya dilakukan lima
kali dalam sehari semalam. Namun, praktik shalat itu hadir dalam semua lini
kehidupan umat Islam. “Saat ini banyak sekali orang yang pintar dan mengerti
tentang agama, tapi perilaku dan akhlaknya tidak mencerminkan keteduhan dan
kedamaian,” tandas Kiai Fathur.
Sejak zaman Rasulullah, masjid memang menjadi pusat
perubahan dan pergerakan, pusat penyucian jiwa dari penyakit hati dan pusat
kegiatan membangun peradaban Islam. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah dan
para sahabat. Demikian pula dengan para walisanga, dan tradisi itu diteruskan
pondok pesantren hingga kini.
Acara Peresmian Masjid Nurus dan Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW 1439 H di Pondok Pesantren Modern As-Salam Mojokerto ini ditutup
dengan doa yang dipimpin oleh KH Syuaib Nawawi, dan shalat Zuhur berjamaah yang
dipimpin oleh KH Hasan Abdullah Sahal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar