Inginkah pandai berbicara lancar dan berpidato lancar
dalam bahasa Arab atau Inggris? Dan akhirnya menguasai dua bahasa tersebut?
Perhatikanlah anjuran ini sebaik-baiknya!
Minimum
Untuk beberapa kepentingan pendidikan dan kemajuan
pelajaran, syarat paling minimum adalah: tinggalkan bahasa daerah sama sekali.
Kalau terpaksa, boleh berbisik-bisik dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Dasar
Tiap-tiap bahasa ada bahasa dasar, yakni bahasa yang amat
sederhana yang terpakai dalam segala percakapan, khususnya dalam percakapan
sehari-hari (daily conversation).
Jadi, bahasa dasar itu berwujud:
a.
Kata-kata yang
selalu terpakai sehari-hari.
b.
Susunan-susunan
yang mudah dan lazim terpakai.
Bahasa dasar ini harus masak dan kuat, harus dikuasai
dengan sebaik-baiknya. Dapat mempergunakan tiap-tiap kata dalam segala tempat
dengan betul, harus lancar, tidak dengan diingat-ingat sebelumnya sehingga
dapat dikatakan malakah.
Artinya, bahasa itu sudah menjadi miliknya.
Apabila bahasa dasar ini telah masak, akan mudah dan kuat
sekali untuk ditingkatkan dan diperluas kemampuannya.
Jalannya
Untuk memasakkan bahasa dasar ini tidak ada jalan yang
lebih baik dan termodern selain dengan cara dipraktikkan, dipakai sebanyak-banyaknya
sepanjang hari di mana pun dan kapan saja.
Bahasa dasar ini tidak banyak, dalam bahasa Inggris hanya
500 perkataan. Namun, memasakkan 500 ini harus memakai cara yang terbaik, tidak
dapat dengan cara menghafalkan dari kamus.
Untuk mempraktikkan itu amat mudah sekali apabila tahu
rahasianya. Rahasia yang terpenting adalah: Harus berani membuang rasa segan
atau malu dan tidak khawatir salah.
Ingat!
1.
Jika tidak berani
berkorban dengan membuang malu atau segan sejak permulaan, selama-lamanya tidak
akan dapat berbicara bahasa asing.
2.
Tidak ada orang
berbicara dengan tidak bersalah.
3.
Orang Indonesia ke
Mekkah yang bergerombol-gerombol dengan tidak memakai disiplin bahasa, meskipun
sudah 10 tahun atau lebih, setelah pulang, tetap tidak tahu bahasa Arab. Atau
tahu sedikit, tetapi bahasa pasaran atau amiyah.
4.
Orang-orang
Indonesia yang pergi belajar ke negeri Arab. Di sana mereka segan, bergaul dengan
teman sekampung saja, dan berbicara dengan bahasa kampungnya, kurang berani
bergaul dengan orang sana, tidak ada disiplin. Akhirnyaa setelah pulang, tetap
tidak cakap berbahasa Arab sebagaimana yang kita harapkan.
5.
Sebaiknya
anak-anak kita yang di As-Salam ini dengan keberanian dan disiplin yang kuat,
dalam beberapa bulan, syukur beberapa tahun, dapat lancar berbicara sehingga
mendapatkan simpati dari masyarakat. Kemudian dapat menulis dan membaca kitab
dalam bahasa Arab.
6.
Sampai banyak
orang yang menanyakan dan ingin mencari jalan, apa faktor dan bagaimana cara
melancarkan bahasa-bahasa asing di As-Salam.
Demikianlah bukti-bukti kemanjuran cara Pondok Pesantren
Modern As-Salam. Dan memang itulah cara yang termodern di dunia ini dalam
mempelajari bahasa asing.
Barang siapa yang lekas-lekas berani mulai, dan selalu
berdisiplin sambil berusaha bagaimana ia berbicara sefasih-fasihnya, dialah
yang paling beruntung dan paling maju.
Keberanian + disiplin = untung
Malu/segan + tidak disiplin = buntung
Bahkan akan menerima akibat pahitnya.
Sebesar keinsafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu.
Bahasa ini lebih utama pula untuk kelas yang lebih
tinggi. Pelajar-pelajar kelas tertinggi jangan mengira disiplin sudah tidak
perlu. Bahkan di kelas yang tertinggi, disiplin harus lebih kuat, bahasanya
harus lebih luas, dan susunan kata-katanya harus lebih tinggi.
Harus memiliki banyak kata-kata (mufradat) dan
dapat memakainya, dan harus memiliki banyak macam susunan kalimat atau uslub.
Merasa beruntung itu baik, tetapi merasa telah pandai
berarti jahil murakkab, yakni suatu kesesatan.
Kelas 3 aliyah jangan malu atau takut salah berbicara
dengan adik kelas. Demikian pula dengan kelas 2 aliyah, jangan malu atau takut
salah berbicara dengan adik-adik kelasnya. Demikian seterusnya.
Ingat, akibat tidak berdisiplin akan tetap dirasakan oleh
yang bersangkutan.
Setiap tahun selalu ada anak yang menjadi korban tidak
berdisiplin.
Berkorbanlah, dan jangan menjadi korban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar