Oleh Wiyanto Suud
Tulisan ini dimuat di Republika, Islam Digest, Kolom Kitab, 19 Juli 2009
Tulisan ini dimuat di Republika, Islam Digest, Kolom Kitab, 19 Juli 2009
Nama
lengkapnya Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin
Rusyd al-Hafidz al-Andalusi al-Qurthubi al-Maliki, yang lebih masyhur dengan
sapaan Ibnu Rusyd, di Barat dikenal dengan nama Averroes. Ia lahir di Cordoba
pada tahun 520 H/1126 M, dan wafat di Maroko pada tahun 595 H/1198 M.
Michael
Angelo meletakkan patung siluetnya di atas atap Gereja Syktien di Vatikan
karena dipandang sebagai filsuf pemikir merdeka (free thinker). Dante dalam Divine Comedia menyebutnya 'Sang
Komentator', karena dianggap sebagai komentator terbesar atas karya-karya
Aristoteles.
Ia juga
banyak mengomentari karya-karya filsuf Muslim pendahulunya, seperti al-Farabi,
Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, dan al-Ghazali. Komentar-komentarnya itu banyak
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani. Oleh karena itu, banyak ilmuwan
Eropa yang terpengaruh dengan ulasan-ulasannya (Averroeisme). Ia tidak hanya
memberi komentar (anotasi), tapi juga menambahkan pandangan-pandangan
filosofinya sendiri.
Sejak
kecil, ia telah mempelajari Alquran, lalu ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti
tafsir, hadis, fikih, dan sastra Arab. Kemudian, ia mendalami ilmu matematika,
fisika, astronomi, logika, filsafat, dan ilmu kedokteran.
Ia banyak
berguru kepada Abu al-Aim Basykawal, Abu Marwan bin Masarrah, Abu Bakar bin
Samhun, Abu Ja'far bin Abd al-Aziz, Abdullah al-Maziri, dan Abu Muhammad bin Rizq.
Mereka merupakan representasi fuqaha yang menonjol di Andalusia ketika itu.
Kemudian, belajar ilmu kedokteran pada Abu Ja'far Harun at-Tirjani dan Abu
Marwan Kharbul.
Ibnu Rusyd
banyak meninggalkan karya tulis, ada yang mengatakan karyanya mencapai 78 buku
dalam berbagai disiplin ilmu. Seluruh daftar karya-karyanya dapat diketahui
dalam Mu'allafat Ibnu Rusyd , sebuah buku yang khusus diterbitkan pada Festival
Ibnu Rusyd untuk memperingati delapan abad wafatnya.
Setidaknya
ada empat karya monumental yang bisa kita baca sampai sekarang, yakni :
1.
Tahafut al-Tahafut (Kerancuan dalam
Kitab Kerancuan). Kitab ini membahas tentang pembelaan terhadap kaum filsuf
dari beberapa kritikan yang dilontarkan al-Ghazali dalam bukunya Tahafut
al-Falasifah (Kerancuan Para Filsuf). Meskipun keduanya tidak pernah saling
bertatap muka, karena al-Ghazali hidup antara tahun 450-505 H, sedangkan Ibnu
Rusyd hidup antara tahun 520-595 H.
2.
Fash al-Maqal fi ma bain al-Syari'ah wa al-Hikmah
min al-Ittishal (Kaitan Syariat dengan Filsafat), di- tahqiq Yousep
Muller di Munich, Jerman, 1959 dan diterjemahkan sekaligus diberi kata
pengantar oleh George Hourani, 1962. Kitab ini menguraikan tentang keselarasan
antara agama dan akal.
3.
Kulliyat fi at-Thibb (tujuh jilid),
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1255 M oleh Bonacosa. Kemudian,
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul General Rules of Medicine.
Kitab ini merupakan buku panduan wajib dan selalu menjadi rujukan bagi
mahasiswa kedokteran di berbagai Universitas di Eropa.
4.
Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid (Analisis Fikih Para
Mujtahid). Menguraikan tentang berbagai pendapat imam-imam mazhab dan komentar
Ibn Rusyd terhadap uraian tersebut.
Kitab yang
terakhir ini, banyak diajarkan di pesantren-pesantren yang akrab dengan kajian
kitab kuning, dan menjadi salah satu bacaan wajib bagi para mahasiswa Jurusan
Perbandingan Mazhab dan Hukum di IAIN/UIN, dan perguruan tinggi swasta Islam
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar