Oleh Wiyanto Suud
Tulisan ini dimuat di “Hikmah” Republika, 20 Maret 2010
Syahdan, seorang laki-laki
suatu ketika bertanya kepada Ibn Abbas RA, “Saya meminang seorang wanita,
tetapi dia menolak pinangan saya. Setelah itu, datang orang lain meminangnya,
lalu dia menerimanya. Saya menjadi cemburu dan membunuhnya. Apakah tobat saya
diterima?”
Ibn Abbas bertanya, “Apakah
ibumu masih hidup?” Dia menjawab, “Tidak.” Ibn Abbas berkata, "Bertobatlah
kepada Allah dan mendekatlah kepada-Nya semampumu." Atha' bin Yasar yang
hadir ketika itu bertanya kepada Ibn Abbas, "Mengapa engkau bertanya
kepada lelaki itu, apakah ibunya masih hidup?" Ibn Abbas menjawab,
"Saya tidak tahu perbuatan yang paling mendekatkan (seseorang) kepada
Allah SWT, melainkan berbakti kepada ibu." (HR. Bukhari).
Demikian mulia kedudukan
seorang ibu. Di antara bapak dan ibu, ibulah yang lebih berhak untuk menerima
perhatian dari seorang anak. Tidak hanya itu, dalam sebuah sabda Nabi Muhammad
SAW yang masyhur, ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang
bapak.
Ada beberapa alasan mengapa
seorang ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang bapak.
Pertama, seorang ibu menanggung berbagai kesusahan, baik ketika mengandung
maupun melahirkan. Bahkan, ketika anaknya sudah berumur empat puluh tahun pun,
perhatian seorang ibu tidak pernah berhenti, ia terus mendoakan anaknya (QS.
Al-Ahqaf [46]: 15).
Kedua, kesusahan ketika
mengandung itu bertambah dan semakin bertambah (QS. Luqman [31]: 14).
Ketiga, kesusahan seorang ibu
mencapai puncaknya ketika hendak melahirkan. Alquran memberi gambaran betapa
sakit waktu melahirkan dengan ungkapan bahwa Maryam binti Imran menginginkan
kematian atau menjadi barang yang tidak berarti (QS Maryam [19]: 23).
Keempat, setelah melahirkan,
kewajiban ibu belum selesai. Ia harus menyusui dan merawat anaknya. Ia tidak
akan pernah merasa tenang jika keselamatan dan kenyamanan sang anak terancam.
Hal ini seperti ibu dari Nabi Musa AS ketika ia diperintahkan Allah untuk
menghanyutkan anaknya di sungai (QS. Alqashash [28]: 7-13).
Empat perkara ini cukup
menjelaskan mengapa Allah dan Rasul-Nya menempatkan derajat ibu lebih tinggi
daripada bapak. Bahkan, surga--sebagai sebaik-baik tempat kembali bagi manusia
sesudah mati--diasosiasikan berada di bawah telapak kaki seorang ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar