Oleh Wiyanto Suud
Tulisan ini dimuat di “Hikmah” Republika, 1 Mei 2010
Rabiah binti Ismail
Al-Adawiyah adalah wanita sufi ternama dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai
pengagum cinta (mahabbatullah) dan dikenang sebagai ibu para sufi besar (The
Mother of The Grand Master). Lahir sekitar tahun 713 Masehi--masa awal kurun
kedua tahun Hijriah--di Kota Basrah Irak.
Suatu ketika, Abdul Wahid bin
Zayd, seorang sufi yang hidup sezaman dengan Rabiah, mengajukan pinangan
kepadanya. Tapi pinangan itu ditolak. Rabiah mengatakan, “Wahai saudaraku,
carilah perempuan lain. Apakah engkau melihat adanya satu tanda-tanda
sensualitas dalam diriku?”
Di lain waktu, datanglah
Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi, seorang Amir Abbasiyah dari Basrah (w 172 H)
juga pernah mengajukan pinangannya. Untuk menarik hati Rabiah, ia memberi
iming-iming mahar perkawinan sebesar 100 ribu dinar dan menjanjikan 10 ribu
dinar tiap bulan dari pendapatannya.
Tapi Rabiah menjawab, “Aku
sungguh tidak merasa senang bahwa engkau akan menjadi budakku dan semua milikmu
akan engkau berikan kepadaku, atau engkau akan menarikku dari Allah meskipun
hanya untuk beberapa saat.” Dan terakhir, tawaran itu datang dari sahabatnya sendiri,
Hasan Al-Bashri. Rabiah setuju tapi dengan empat syarat.
Pertama, Rabiah bertanya,
“Apakah yang akan dikatakan oleh Hakim dunia ini saat kematianku nanti, akankah
aku mati dalam Islam atau murtad?” Hasan menjawab, “Hanya Allah Yang Maha
Mengetahui yang dapat menjawab.”
Kedua, “Pada waktu aku dalam
kubur nanti, di saat Malaikat Munkar dan Nakir menanyaiku, dapatkah aku
menjawabnya?” Hasan menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.”
Ketiga, “Pada saat manusia
dikumpulkan di Padang Mahsyar di Hari Perhitungan (Yaumul Hisab), semua orang
akan menerima buku catatan amal di tangan kanan dan di tangan kiri. Bagaimana
denganku, akankah aku menerima di tangan kanan atau di tangan kiri?” Hasan
kembali menjawab, “Hanya Allah Yang Mahatahu.”
Keempat, “Pada saat Hari
Perhitungan nanti, sebagian manusia akan masuk surga dan sebagian lain masuk
neraka. Di kelompok manakah aku akan berada?” Hasan lagi-lagi menjawab dengan
jawaban yang sama. Karena memang hanya Allah saja Yang Maha Mengetahui semua
rahasia yang tersembunyi. Rabiah lebih memilih Allah sebagai Kekasih sejatinya
daripada makhluk-makhluk-Nya. Wa Allahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar